Pagi harinya di
sekolah Kevin nampak sama seperti kemarin. Pendiam,,dan hanya diam.
Yaa…sekarang aku sudah mengerti apa yang terjadi padanya. Setidaknya,,aku telah
sedikit tau beberapa hal tentang Kevin. Entah dia jujur atau cuma
mengada-ada,,tapi buatku kata-katanya cukup meyakinkan. Saat pulang
sekolah,aku,,Tomi dan Kevin tertahan oleh hujan yang cukup deras. Memang tak
Cuma kami bertiga. Masih ada beberapa anak yang menunggu jemputan. Kami
menunggu hujan berhenti,,tapi hujan tak juga berhenti. Sampai akhirnya hari
mulai gelap dan hanya kami bertiga yang tersisa. Kami saling berdiam,,tak
bergeming. Sepertinya Tomi memang tak suka dengan Kevin. Sesekali pandangan
sinis Tomi tertuju pada Kevin.Sekian lama menunggu,,hujan tak juga berhenti
tapi malah semakin menggila bersama angin kencang dan petir. Saat itu aku baru
ingat,,kenapa tidak telfon ke rumah dan minta di jemput. Berhubung handphoneku
ketinggalan di rumah,,aku meminjam handphone Tomi. Dengan gesit tomi merogoh
saku untuk mengambil handphone. Tapi handphonenya tak ada di saku. “mungkin di
tas…”,kataku. Dengan segera Tomi membuka tasnya. Setengah tidak percaya,, peti
maut itu berada di dalam tas Tomi. Padahal seingatku peti itu ku tinggal di
rumah dan tak pernah ku bawa kemanapun.“hah….!!! Benda apa ini…..? bukannya
benda ini udah lenyap..? kenapa bisa ada di sini…..?”,teriak Tomi.“kok bisa ada
di kamu Tom….? Emang dua hari lalu ada seseorang yang ngirim paket. Isinya ya
benda itu. Tapi gag ada nama or alamat pengirimnya. Aku pengen cerita ama kamu
tapi lupa terus. Kayaknya emang ada orang yang sirik ama kita deh….makanya dia
neror kita pake acara bunuh-bunuhan.”,jawabku.“ahh…bener juga
kamu…paling-paling ini cuma kerjaan orang iseng yang sirik ama kita. Udah
deh…buang aja…”,kata Tomi sambil menuju tempat sampah.“nah..gini kan beres…kita
udah bisa tenang sekarang… tapi hape gue mana...? gag ada nih di tas..
hasssh…ilang lagi nih hape..!!”,ucap tomi dengan nada agak kesal.“yang kalian
lakukan tidak akan membantu..!”,ucap Kevin dengan singkat.
Kevin langsung beranjak,,pergi meninggalkan aku
dan tomi. Ia berlari di tengah lebatnya hujan dan gelapnya malam yang semakin
larut. Aku dan tomi hanya bisa melihatnya,,dan tak kuasa menahannya agar tetap
tinggal.“halah..biarin aja tuh anak… udah gag waras kali…”,hardik tomi.“kamu
kenapa sih Tom…..? kayak.nya kok gag suka banget sama si Kevin.. kayak.nya dia
juga orangnya baik…”,ujarku.“hah..? baik…kamu gag liat….? Gayanya aja
belagu,,,sok misterius…. Ato jangan-jangan kamu ada apa-apa sama Kevin……?”,tomi
nyolot.“kok ngomong gitu sih…? Kita kan cuma temen.. lagian aku sama Kevin juga
baru beberapa hari kenal…..”,jawabku dengan sedikit emosi.Tomi diam dan tak
membalas. Perdebatan berakhir seiring dengan turunnya hujan yang semakin
menggila. Kami saling diam,tak berkata sepatah katapun.
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 9
malam. Tiba-tiba terdengar teriakkan melengking yang benar-benar mengalahkan
bisingnya hujan yang sangat lebat yang nyaris membuat gendang telinga kami
pecah. Bersamaan dengan itu tiba-tiba saja lampu padam. Aku menjerit seketika.
Tak terdengar reaksi tomi. Di kegelapan aku bertriak-triak memanggil tomi.
“tomi…tomi…tomi…kamu dimana…..?”,teriakku.Tak ada jawaban. Masih saja aku
memanggil nama tomi. Dan tetap tak ada jawaban.“Tom…kamu jangan bercanda deh..
gelap nih..aku takut.. tomiiiiiiiiii……..sini deh…gausah ngerjain
aku..”Masih juga tak ada jawaban. Tiba-tiba dari kejauhan aku melihat sesosok bayangan
hitam saat terjadi kilat. Yaa…bayangan itu sedang berjalan menuju ke arahku.
Aku terkejut…seketika aku berlari mencari tempat berlindung. Tapi kemudian
terdengar lantang,bayangan itu memanggil namaku.“Vira…vira…”Aku masih saja
berlari. Tapi bayangan itu masih memanggilku.“vira…jangan lari..jangan takut..
ini aku Kevin..”Saat bayangan itu menyebut nama ‘kevin’,,ku hentikan
langkahku dan berbalik untuk melihat sosok itu. Ya..ternyata benar dia adalah
Kevin. Ia masih dengan seragam sekolah yang basah kuyup.“Lho,,Vin..kok kamu
bisa ada di sini….? Bukannya tadi kamu udah pulang..?”,tanyaku.“enggak
kok..tadi aku gag pulang. Aku nungguin kamu sama Tomi di bawah pohon beringin
di taman deket sekolah.. udah deh…!! Sekarang gag usah banyak tanya dulu..
mending sekarang kita cari peti yang isinya buku harian dan pena kematian itu.
Tadi kalo gag salah Tomi buang peti itu di tong sampah di lobby… ”,kata Kevin
dengan muka yang ku kira panik.
Tak
terlihat karena gelap.“yaudah deh..tapi gag usah pake lari ya..!! emangnya buat
apa lagi sih benda itu…..?”,tanyaku.“gag usah banyak tanya.. kita harus
bergerak cepat.. tomi sedang dalam bahaya…!!”,Kevin ngotot.‘dalam bahaya…? Aapa
maksudnya..? bukannya Tomi sedang ngumpet ngerjain aku…?’,aku bertanya-tanya
dalam hati.Dengan segera Kevin menarik tanganku menuju lobby untuk memungut
kembali peti maut itu. Terasa tangan Kevin yang dingin memegang erat
pergelangan tanganku. Ternyata masih ada di tempatnya semula. Setelah
mendapatkannya kami bergegas untuk mencari Tomi. Kami memeriksa setiap sudut
sekolah sambil berteriak-teriak memanggil nama Tomi berharap ada jawaban. Hampir
setiap ruangan mulai dari bagian depan,,samping kanan,,samping kiri,,bagian
belakang sekolah kami kelilingi. Namun tetap saja hasilnya nihil.“seingatku ada
satu ruangan yang belum kita periksa. Ah..tapi gag mungkin juga kita ke tempat
itu. Setauku ruangan itu tak pernah sekalipun terbuka..”,ujarku.“di mana
itu..?”,Kevin bertanya.“letaknya di bagian belakang toilet guru yang di
ujung barat..”,kataku.“ayo kita periksa tempat itu.”,kata Kevin.“hah…? Yakin..?
tapi setauku tempat itu kan gag pernah…”“udah deh..jangan mengulur-ulur waktu.
Kemungkinan besar Tomi masih berada di sekitar sini. Kita harus menolongnya
sebelum terlambat.”,kevin memotong kata-kataku.Aku turuti saja apa maunya.
Dengan tergesa-gesa kami berlari menuju tempat yang dimaksud. Dari jarak yang
tidak terlalu jauh dari ruangan kosong itu, aku merasa sedikit ragu untuk
meneruskan langkahku. Dengan mantap ku hentikan langkahku. Aku takut.
Melihat keadaan luarnya saja sudah cukup
membuatku menelan ludah berkali-kali. Keadaannya kotor,cat yang dulunya putih
kini telah berjamur dan mengelupas, kaca yang pecah,listrik padam, dan di
tambah lagi dengan hujan yang makin mendukung suasana horror disini. Apa lagi memasukinya.
Sekali lagi, Kevin meyakinkanku atas nama persahabatan. Hatiku kembali mantap.
Kembali ku teruskan langkahku Dan ternyata benar saja apa yang dikatakan
Kevin.Dari depan aku tak melihat adanya tanda-tanda kehidupan. Suasananya
sunyi. Hanya terdengar suara tetesan air lagi yang masih juga turun. Kevin
mencoba membuka pintu ruangan itu. Ternyata tak terkunci.
Saat
memasukinya hidung kami langsung saja di sambut oleh bau anyir darah.“uuh…amis
sekali tempat ini.. aku yakin ada orang yang sering memasuki tempat
ini.”,kataku.“tidak…!!”,sanggah Kevin.“tidak..?”“yaa…mungkin selama beberapa
tahun terakhir ini ruangan ini tak terjamah manusia.”,jelas Kevin.“tapi
bagaimana kamu tau…? Sedangkan kamu baru beberapa hari pindah ke sekolah
ini..”,tanyaku heran.“kamu tau kelebihanku kan…? Tak perlu ku jelaskan lagi. Ku
rasa Tomi ada di sini…yaa…ia di sembunyikan oleh pemilik benda ini..dan bau
anyir ini jelas..ini adalah aroma darah segar tomi”,jelas Kevin sambil
menunjukkan peti itu padaku.“apa…? Darah Tomi…? Kamu yakin..? mungkinkah
sekarang Tomi sudah berakhir…?”,tanyaku disertai air mata yang mulai mengalir.
Aku menangis…aku khawatir dengan keadaan sahabatku….:
Tiba-tiba jatuh sesuatu dari atas dan mengenai
kepalaku.“aduh..apa itu?”,sambil meraba-raba lantai,,mencoba menemukan benda
apa yang sempat mendarat di kepalaku tadi.Tanganku menemukan sesuatu yang
terasa mirip seperti pena yang sering datang padaku. Ya..benar… terlihat
tulisan yang terukir dengan tinta emas di badan pena itu bercahaya. Seingatku
peti itu masih berada di tangan Kevin. Tapi kenapa pena ini bisa berada
disini…? Darah…yaa….tanganku menyentuh darah. Darah segar yang menempel di
badan pena itu.“kamu nemu apa Vir…?”,tanya Kevin.“eee….ini…aku nemuin pena.
Kayaknya ini pena yang di dalem peti itu deh…. Ada darahnya..”,jawabku
lesu.“darah…? Itu pasti darah Tomi.. Ayo…kita harus cepat bertindak..bawa pena
itu.”,seru Kevin.Kamipun mencari-cari dimana Tomi. Di ruangan yang tak terlalu
luas ini seharusnya mudah untuk menemukan seseorang jika memang ia berada di
dalam. Namun tidak…!! Tak ada tanda-tanda adanya orang di dalam sini.
Tapi…kenapa Kevin tetap saja bersikukuh bahwa Tomi benar-benar di sini…?Aku
masih bingung dengan semua yang terjadi. Di mana Tomi…? Kemana Tomi…? Dengan
siapa dia sekarang…? Bagaimana keadaannya…?“aaaaarrrrrrgggghhh……….!!!!!
Sialan……!! Apa-apaan ini…? Siapa yang tega melakukan semua ini padaku dan
sahabat-sahabatku…? Apa salahkuuuuu…?”,kataku dengan nada berteriak kesal.Tiba-tiba
saja semua terasa lebih gelap dari sebelumnya. Kepalaku terasa berat…pusing…!!
Uuuh…***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar