Rabu, 09 Mei 2012

Sebuah Kisah



Karya: Linisa

Lantana camara jika bunga
Berwujud indah, meski tak bernama
Penuh warna,dalam setiap musimnya
Tersenyum, terpukau akan terangnya sinar
Sinar penunjuk kuasanya, penerang awaknya

Lantana camara jika bunga
Aku bercerita, tentangnya
Tentangku,kepadamu
Ada rasa ada iba yang sama
Tiada raga, tiada beda antara kita

Lantana camara jika bunga
Bersemi, kau temukan seberkas cahaya
Cahaya yang membuatmu bermekaran
Mengalun terbawa angin dalam senyuman
Musim ini, musim yang cepat berlalu
Cepat berlalu, namun terlalu cepat untuk kau kenang


Lantana camara jika bunga
Hangat, kau rasakan ego cahaya
Meresap rata dalam raga hingga rasa
Kehangatan yang terlalu, terlalu menyiksa
Hingga kau butuh air, meski yang kau tahu hnay air mata.

Lantana camara jika bunga
Sejenak, kau rasakan angin berlalu
Dating tetesan dalam ribuan titik
Menghampirimu meski tak berpesan
Mengagumimu meski dalam diam
Menemanimu meski hanya untuk sesaat

Lantana camara jika bunga
Berguguran, gugur dalam sebuah perasaan
Melayukan lembar-lembar kecil hidupmu
Menerbangkan kenangan itu,cerita itu
Berjatuhan,jatuh dalam kisah yang gamang
Karena kini, cahaya itu
Cahaya itu hadir dalam warna yang berbeda

Lantana camara jika bunga
Kedinginan,tak ada lagi kehangatan
Cahayan itu hilang, hilang dengan begitu tenang
Kesepian, tak ada lagi tetesan itu
Tetesan itu hilang, hilang masih tanpa pesan

Lantana camara jika bunga
Perlahan, kau lihat dia datang
Itu dia, tetesan –tetesan, tapi bukan tetesan yang dulu
Tetesan ini dating dalam diam,tapi ia punya pesan
Ia akan menemanimu sampai kau melihat cahaya yang baru.

Memilikimu, ceritamu di dalam ceritaku



Saat memejamkan mata, aku membayangkan surge bahagia saat di cintaimu, juga saat  mencintaimu. Semuanya terasa begitu indah, terasa sempurna. Seperti  cerita cinta sepanjang masa, aku bersyukur takdir membuatku jatuh cinta padamu.

Namun,semakin lama mata ini terpejam, air mata malah jatuh perlahan-lahan. Aku menangis, kini teringat setiap perih yang ditorehkan dustamu di hatiku. Tak  sekali-dua kali aku mencoba membuat pembenaran, menciptakan alas an bahwa kau mungkin tak bersungguh-sungguh melikaiku.
Kau bahkan tak mencoba membela dirimu.
Kau menundukan kepala, membisu.

Dan kini, lihat, aku menertawakan diriku sendiri.
Betapa ironisnya hidup ini, sayangku.
Kau yang selalu bias membuatku tertawa justru yang paling bias membuatku menangis…..

Hujan Punya Cerita tentang Kita




Jatuh cinta kepadamu begitu menyenangakan, seperti meringkuk dalam selimut hangat pada malam yang hujan. Seperti menemukan keping terakhir puzzle yang sedang kau susun. Cinta ini sudah berada di tempat yang seharusnya, di ruang hatimu dan hatiku.

Namun, mengapa resah justru yang merajai kita?
Padahal, katanya cinta sanggup menjaga. Aku ingin kau tahu,diam-diam,aku selalu menitipkan harapan yang sama ke dalam beribu-ribu rintik hujan:
aku ingin hari depanku selalu bersamamu.

Aku mencintaimu . Selalu.
Dan, mereka tak perlu tahu....