CHAPTER 2:
ARWAH DI RUMAH KUNO
ARWAH DI RUMAH KUNO
"Sudah
jam sepuluh lewat, Pak...."Sentuhan istrinya itu membuat Pak Wibisono
tersadar dari lamunannya. "Ya? Apa?""Sudah cukup larut...,"
bisik Ibu Wibi. Pak Wibisono mengerti maksud istrinya. Sudah waktunya
memberikan pidato singkat berisi ucapan terima kasih dan selamat jalan. Pesta
selamatan pindah ke rumah baru ini akan segera diakhiri. Pak Wibisono cepat
bergeser dari posisinya sambil mengedarkan pandangan. Benar, para tamu telah
selesai dengan hidangan penutup. Ia berjalan menuju ke sudut kosong, menepuk
tangan beberapa kali untuk meminta perhatian para tamu.Para tamu serentak
memandang ke arah Pak Wibisono dan menghentikan kesibukannya masing-masing."Bapak
dan ibu sekalian...." Pak Wibisono membuka suara. Tapi suaranya tertelan
kembali manakala tiba-tiba terdengar suara amat berisik dan lantang dari
balkon.Serentak semua mata memandang ke atas. Seorang gadis manis berada di
balkon, menari berputar-putar sambil bernyanyi-nyanyi sembarangan dengan suara
keras dan melengking."Mila!" Ibu Wibi dengan panik berseru ke arah
putrinya.Miko untuk sesaat seperti takjub dan terpesona melihat kelakuan
adiknya itu.Namun ketika teriakan dan pelototan Ibu Wibi tak juga menghentikan
keanehan Karmila, dengan cepat Miko berlari menaiki anak tangga untuk mendapatkan
adiknya."Mila! Apa-apaan kamu?! Tidak tahu malu! Siapa suruh kamu ngasih
hiburan?"Miko mendorong tubuh adiknya, menjauh dari pagar balkon agar
Karmila tak terlihat oleh orang-orang lagi dari bawah.Karmila mendadak
menghentikan gerakan dan nyanyiannya. Ia menatap saudara tuanya dengan
pandangan beringas.Tanpa sadar Miko melangkah mundur. Ini untuk pertama kalinya
ia memperoleh sikap adiknya yang begitu aneh. Mata itu begitu buas dan penuh
ancaman!"Mila! Kamu kenapa?" Tiba-tiba Miko merasa cemas.Tak ada
jawaban, melainkan teriakan dengan irama yang menyakitkan telinga. Sebuah
nyanyian, lagu anak-anak dengan nada yang amat sumbang."Pelangi-pelangi...
alangkah indahnyaaaa...."Terdengar tawa dan tepuk tangan dari bawah.
Terdengar suara Ibu Wibi meminta maaf. Memalukan sekali! Miko bergerak mendekap
mulut Karmila, namun Karmila semakin meronta bahkan menggigit telapak tangan
kakaknya. Pada saat keduanya masih bergumul, Pak Wibisono telah pula sampai di
atas.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar