Minggu, 15 Januari 2012

Sebuah Restoran Dekat Sekolah


Malam ini aku sedang berada di sebuah restoran di dekat sekolahku. Restoran yang selalu sepi ini bernama Restoran Oishii. Sebenarnya banyak yang nggak suka sama restoran ini karena nama baiknya yang tercoreng semenjak beberapa minggu lalu. Ketika itu ada kasus pembunuhan yang aku tau sih menewaskan seorang siswi SMP. Yah, meski begitu aku tetep suka ama tempat ini karena ini adalah satu-satunya restoran masakan Jepang di daerahku.
“Naka san, senang sekali anda ke sini lagi. Mau pesen apa?” tanya salah satu pelayan.
“Seperti biasa, Sushi Ebi.” kataku sambil tersenyum. Setelah menuliskan pesananku pelayan itu langsung pergi menuju dapur.
Aku melemparkan pandanganku ke setiap sudut restoran. Masih sangat bagus. Sayang sekali karena sudah tidak ada pelanggan yang datang. Mungkin hanya aku yang menjadi pelanggan setianya. Hehe..
Kalau aku pikir sih, restoran ini nggak ada tampang ankernya deh. Paling cuma gara-gara cerita orang-orang yang ngebuat restoran ini terkesan anker. Kata mereka, korban pembunuhan itu masih berkeliaran di dalam restoran. Haha, lucu sekali.
“Ini dia pesanannya. Silakan menikmati.” kata pelayan.
“Terima kasih.”
Aku hanya memainkan sendok garpu dan mengacak-acak Sushi ini. Sebenarnya aku sama sekali nggak merasakan rasa lapar sedikitpun. Cuma pingin pesen aja sih sebenarnya. Hehe, dasar aneh.
“Mas, punya koran?” tanyaku ke pelayan itu.
“Oh, ada.. Sebentar ya..” ia masuk ke dapur lagi dan kembali dengan membawa koran dan menyerahkannya kepadaku.
“Loh, kok koran lama? Yang baru ada nggak?” protesku saat melihat tanggal di koran tersebut. 23 Februari, tepat 3 minggu yang lalu.
“Gomen (maaf), Naka san. Adanya ya ini..” kata pelayan.
Sambil sedikit malas akupun membacanya. Pandanganku langsung tertuju ke berita pembunuhan di Restoran Oishii yang ditulis di halaman pertama. Dan alangkah terkejutnya aku ketika melihat foto korban yang ternyata mirip, bahkan sangat mirip denganku! Namanya-pun sama, Naka Tania! Ada apa ini?
“Itu memang anda, Naka san.” ujar pelayan yang seakan-akan mampu membaca pikiranku.
“Ha? Nggak mungkin..” kataku tidak percaya.
“Anda harus bisa mempercayai ini. Saya lihat dengan mata kepala saya sendiri bahwa 3 minggu lalu anda tergeletak tak berdaya di toilet. Karena hal itu, tersangka yang masih ada di sana mencekik saya hingga tewas.” jelasnya.
Penjelasan itu membuatku semakin kaget dan berusaha mengingat-ingat lagi kejadian 3 minggu lalu. Ya, saat itu sepulang sekolah aku memang pergi ke restoran ini bersama cowokku. Kami bertengkar karena aku tahu bahwa dia selingkuh dengan sahabatku sendiri. Ketika aku diajaknya ke toilet, aku nggak ingat apa-apa lagi..
“Jadi, akulah korban pembunuhan itu?”
“Benar Naka san. Akhirnya anda percaya juga..”
Aku semakin shock. Pikiranku nggak karuan, nggak bisa untuk memikirkan hal lain selain masalah ini. Kulihat pelayan tersebut semakin lama semakin menghilang dan akhirnya hilang tanpa bekas. Dan akupun juga merasakan bahwa perlahan-lahan tubuhku hilang, dan akhirnya lenyap.. Menuju ke alam keabadian..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar