Saat
aku terjaga, ternyata kedua tanganku telah terikat kuat di sebuah tiang
penyangga di depan ruang UKS sekolah. Di depanku, terlihat samar sesosok
bayangan. Terdengar pula desah nafas yang cukup cepat seperti orang yang habis
melakukan hal yang berat atau mungkin habis di kejar setan. Pandanganku masih
kabur. Aku tak dapat melihatnya dengan jelas siapa itu. Saat mataku mulai
berfungsi normal, aku dapat melihat Tomi terbaring lemas berlumuran darah. Ia
masih bernafas. Di sampingnya, Kevin sedang terduduk lesu. Aku melihatnya
sedang merintih sambil memegangi tangannya yang terluka.“Kevin…kenapa gue
diikat disini..? lepasin gue..!!!”,teriakku.Kevin terkaget mendengar
ucapanku.“kamu udah sadar Vir…? Syukurlah…”,tanya Kevin seraya bersyukur.“kamu
pikir aku kenapa…? Cepetan lepasin ikatan ini..sakit nih..”,kataku, merintih.“eeeh…iya…iya..
”,jawab Kevin kikuk.Kevin pun melepaskan tanganku dari ikatan kuat itu. Sejenak
kami terdiam. Mataku tertuju ke arah Tomi yang terbaring tak berdaya di samping
Kevin,kemudian menujukan pandangan sinis ke arah Kevin.“bisa kamu jelasin
tentang apa yang terjadi..?”,tanyaku dengan pandangan sinis tertuju ke
Kevin.Kevin mengangguk.
Terbaca
keraguan dari gerak-geriknya.“jelasin Vin..kenapa Tomi bisa sampai kayak
gini…kenapa aku terikat disini..? terus kenapa tangan kamu terluka……? Jelasin
sama aku Vin..”,tanyaku,memaksa.Sedetik,dua detik, tiga detik. Kesunyian
benar-benar terasa saat itu. Kevin tak kunjung berucap.Kevin memandang ke
arahku dengan raut muka serius. Sedetik kemudian terdengar penjelasan dari
mulut Kevin.“tadi malem kamu kerasukan arwah setan itu Vir.. kamu berusaha
nyerang aku pake pena itu.. aku ngehindar dan lari. Tapi kamu ngejar aku terus.
Entah dari mana kamu tiba-tiba bisa pegang pena itu buat nyerang aku. Padahal
sebelumnya pena itu aku yang pegang. Aku lari dan bersembunyi di kamar mandi
deket ruang guru. Ternyata disitu aku nemuin Tomi tergeletak.”,Kevin
menjelaskan.Aku terdiam mendengar penjelasan Kevin. Apakah benar apa yang di
katakan Kevin..? haruskah aku mempercayainya..?tapi kalau bukan dia siapa lagi
yang bisa memberiku penjelasan yang lebih baik dari Kevin..?? tomi..? itu
bahkan lebih tidak mungkin lagi karena sejak awal Tomi telah tak sadarkan diri.
Hatiku terus saja beradu tanya dengan otakku.“ya..empunya buku itu pernah
berjanji akan membuatku melakukan hal keji yaitu membunuh sahabatku sendiri..
dan hal itu hampir saja terjadi.. maaf Kevin..maafin aku.. aku udah biarin
Arwah sialan itu jajah tubuh aku buat pelampiasannya.. aku bener-bener gak
sanggup ngelak Vin..maafin aku…”,kataku dengan nada dan wajah menyesal.“ya
sudahlah..semuanya telah terjadi.. kita ambil saja hikmah dari semua ini.. gak
usah ngerasa bersalah gitu.. santai aja..”,Kevin menenangkan.
Aku
hanya tersenyum tak membalas perkataan Kevin.Matahari mulai menjanjikan kehidupan
untuk hari ini dengan sinar hangatnya. Itu tandanya hari sudah mulai pagi.
Terlihat peti itu bertengger manis di bangku yang tak berada jauh dari kami.
Aku segera berdiri dan berjalan gontai dengan kepala yang masih terasa berat
menuju ke arah dimana benda itu berada. Ku raih benda itu. Aku menoleh ke Kevin
untuk meminta persetujuan.“Bakar Vir..bakar..”,Kevin meyakinkan.Aku mengangguk
tanda setuju.kemudian ku raih sebuah korek api di saku rokku. Dengan yakin aku
mulai menyulutkan api ke buku tersebut kemudian memasukkannya ke dalam peti
yang juga telah terisi pena kematian tersebut. Tak butuh waktu lama untuk benda
rapuh yang biadap itu terbakar. Akupun berbalik arah menghampiri Kevin dan Tomi
yang terkulai lemas. Ku pososikan diriku berada di antara Kevin yang sedang
merintih kesakitan dan Tomi yang masih tak sadarkan diri. Ku tujukan pandanganku
ke arah peti dan isinya yang sedang terbakar. Terdengar sebuah jeritan nyaring
yang benar-benar menyakitkan telinga yang berasal dari dalam peti tersebut.
Jeritan yang lebih menyakitkan dari pada yang ku alami beberapa waktu lalu.
Senyuman kemenangan tersungging manis di ujung bibirku.‘Lelah sekali
rasanya..’,bisikku dalam hati.Ini adalah petualangan menegangkan yang
benar-benar nyata dalam hidupku. Lebih ekstrim dari mimpi yang paling ekstrim
sekalipun. Akhirnya aku, sahabatku Tomi dan sahabat baruku Kevin dapat kembali
menjalani hidup yang normal seperti dahulu meskipun tanpa Niko dan juga Rista.
Biarpun
Tomi dan Kevin mengalami luka yang cukup serius,setidaknya mereka masih hidup
dan tetap menjadi sahabatku.
**********TAMAT*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar