CHAPTER 3:
KARMILA KESURUPAN
KARMILA KESURUPAN
"Ada
apa? Apa maunya kamu, Mila?!"Pak Wibisono menghardik, berusaha menutup
rasa malunya terhadap tamu-tamunya dengan mengeluarkan suara amarah yang tak
kalah lantangnya."Mendadak dia kayak kerasukan setan, Pak. Tangan saya
malah digigitnya!" Miko yang menjawab sambil terus memegangi tubuh
adiknya.
Sementara
itu Karmila terus bernyanyi dan semakin ngawur.Plak!
Di luar dugaan, Pak Wibisono menampar pipi putrinya dengan cukup keras. Miko sempat tercengang melihat tindakan ayahnya. Tapi ia lebih terkejut lagi ketika melihat tubuh Karmila mendadak mengejang dan mendadak pula terkulai. Miko dengan sigap memeluk tubuh adiknya sebelum terjatuh.
Hanya beberapa detik tubuh Karmila terkulai tak berdaya. Dalam waktu yang amat singkat, mata Karmila yang semula terpejam telah terbuka. Beberapa kali mata itu terkerjap. Karmila menampakkan ekspresi kebingungan.
"Lho? Ada apa ini?" Karmila meronta dari pelukan kakaknya.
"Mila?" Miko menatap cemas. "Kamu kenapa? Kamu... kamu... tidak apa-apa?"
Karmila nampak semakin kebingungan. "Memangnya saya kenapa?"
"Miko, bawa adikmu masuk ke kamar, sementara Bapak mengurus tamu-tamu. Kamu paham?Miko mengerti maksud ayahnya. "Mari ke kamar, Mila!" bujuknya sembari menarik tangan adiknya.Pak Wibisono telah turun lagi ke lantai bawah, menjumpai tamu-tamunya. Ia meminta maaf atas gangguan kecil yang telah ditimbulkan oleh Karmila, putrinya. Sesaat kemudian para tamu menyalami dan berpamitan.Setelah suasana sepi, Pak Wibisono menutup semua pintu, lalu dengan tergesa-gesa naik ke lantai atas.
Di kamar putrinya itu, Ibu Wibi tengah menanyai Karmila dengan perasaan cemas.
"Aneh kan, Pak?" Ibu Wibi menatap suaminya kebingungan. "Mila sama sekali lupa dengan apa yang telah dilakukannya tadi..."Pak Wibisono menatap Karmila meminta penjelasan. Karmila masih duduk sambil mendekap bantal. Barkali-kali ia menggeleng-gelengkan kepalanya."Mila sungguh-sungguh tidak mengerti, tidak ingat apa-apa. Sumpah! Rasanya... Mila tidak ngapa-ngapain.
Di luar dugaan, Pak Wibisono menampar pipi putrinya dengan cukup keras. Miko sempat tercengang melihat tindakan ayahnya. Tapi ia lebih terkejut lagi ketika melihat tubuh Karmila mendadak mengejang dan mendadak pula terkulai. Miko dengan sigap memeluk tubuh adiknya sebelum terjatuh.
Hanya beberapa detik tubuh Karmila terkulai tak berdaya. Dalam waktu yang amat singkat, mata Karmila yang semula terpejam telah terbuka. Beberapa kali mata itu terkerjap. Karmila menampakkan ekspresi kebingungan.
"Lho? Ada apa ini?" Karmila meronta dari pelukan kakaknya.
"Mila?" Miko menatap cemas. "Kamu kenapa? Kamu... kamu... tidak apa-apa?"
Karmila nampak semakin kebingungan. "Memangnya saya kenapa?"
"Miko, bawa adikmu masuk ke kamar, sementara Bapak mengurus tamu-tamu. Kamu paham?Miko mengerti maksud ayahnya. "Mari ke kamar, Mila!" bujuknya sembari menarik tangan adiknya.Pak Wibisono telah turun lagi ke lantai bawah, menjumpai tamu-tamunya. Ia meminta maaf atas gangguan kecil yang telah ditimbulkan oleh Karmila, putrinya. Sesaat kemudian para tamu menyalami dan berpamitan.Setelah suasana sepi, Pak Wibisono menutup semua pintu, lalu dengan tergesa-gesa naik ke lantai atas.
Di kamar putrinya itu, Ibu Wibi tengah menanyai Karmila dengan perasaan cemas.
"Aneh kan, Pak?" Ibu Wibi menatap suaminya kebingungan. "Mila sama sekali lupa dengan apa yang telah dilakukannya tadi..."Pak Wibisono menatap Karmila meminta penjelasan. Karmila masih duduk sambil mendekap bantal. Barkali-kali ia menggeleng-gelengkan kepalanya."Mila sungguh-sungguh tidak mengerti, tidak ingat apa-apa. Sumpah! Rasanya... Mila tidak ngapa-ngapain.
Tadinya
cuma pusing... dan Mila kan sudah ngomong sama Ibu, bahwa Mila sedikit pusing
dan ingin rebahan dulu di kamar. Setelah itu... rasanya Mila ketiduran...
lalu?""Kamu tidak sadar bahwa kamu sudah bikin kacau dan
malu-maluin?!" Miko membentak, membuat Karmila sedikit ketakutan."
"Mila bingung!" jerit Karmila.
"Mila bingung!" jerit Karmila.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar